Definisi
Perdarahan terjadi jika pembuluh darah putus atau pecah.
Perdarahan luar
Perdarahan dalam
Perdarahan hebat, dapat membahayakan shock hipovolemik
Klafisikasi : perdarahan kapiler, perdarahan arteri, perdarahan vena.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Perdarahan terjadi jika pembuluh darah putus atau pecah.
Perdarahan luar
Perdarahan dalam
Perdarahan hebat, dapat membahayakan shock hipovolemik
Klafisikasi : perdarahan kapiler, perdarahan arteri, perdarahan vena.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Tujuan keperawatan
Mengontrol perdarahan. Mempertahankan volume darah sirkulasiadekuat untuk oksigenasi.
Mencegah shock.
Penatalaksanaan kedaruratan
Potong baju pasien untuk mengidentifikasi area perdarahan dan lakukan pengkajian fisik dengan cepat.
Beri penekanan pada area perdarahan.
• Penekanan langsung
Tekan langsung area perdarahan dengan telapak tangan atau menggunakan pembalut atau kainyang bersih selama kurang lebih 15 menit, dan pasang balutan tekanan kuat.
• Penekanan arteri
Penekanan dilakukan pada ujung arteri yang sesuai (ujung dimana arteri ditekan melawan tulang yang berada dibawahnya).
Enam titik utama penekanan
Arteri temporalis : pada daerah depan masing-masing telinga dan dapat ditekan pada tulang tengkorak.
Arteri fasialis : terletak dibawah dagu dan 2,5 cm sebelah dalam dagu.
Arteri karotis komunis : pada sisi samping trachea. Saat dilakukan tekanan observasi pernapasan pasien dan tidak boleh pada kedua arteri karotis dalam waktu bersamaan.
Arteri subklavia : terletak dibawah kedua sisi klavikula (tulang collar). Penekanan harus dilakukan pada posisi melintang dibelakang dan kira – kira setengah panjang klavikula.
Arteri brakhialis : pada pertengahan antara siku dan bahu, terletak pada daerah yang lebih dalam dari lengan atas antara otot biseps dan triseps.
Arteri femoralis : dapat dirasakan pada lipat paha.
• Torniket
Pemasanagan torniket pada ekstremitas hanya sebagai upaya terakhir ketika perdarahan tidak dapat dikontrol dengan metode lain.
Torniket dipasang tepat proksimal dengan luka ; torniket cukup kencang untuk mengontrol aliran darah arteri.
Berikan tanda pada kulit pasien dengan pulpen atau plester dengan tanda T, menyatakan lokasi dan waktu pemasangan torniket.
Longgarkan torniket sesuai petunjuk untuk mencegah kerusakan vascular atau neurologik. Bila sudah tidak ada perdarahan arteri, lepasakan torniket dan coba lagi balut dengan tekanan.
Pada kejadian amputasi traumatic, jangan lepaskan torniket sampai pasien masuk ruang operasi.
Tinggikan atau elevasikan bagian yang luka untuk memperlambat mengalirnya darah.
Baringkan korban untuk mengurangi derasnya darah keluar.
Berikan cairan pengganti sesuai saran, meliputi cairan elektrolit isotonic, plasma atau protein plasma, atau terapi komponen darah (bergantung perkiraan tipe dan volume cairan yang hilang).
• Darah segar diberikan bila ada kehilangan darah massif.
• Tamabahan trombosit dan factor pembekuan darah diberikan ketika jumlah darah yang besar diperlukan karena darah penggantian kekurangan factor pembekuan.
Lakukan pemeriksaan darah arteri untuk menentukan gas darah dan memantau tekanan hemodinamik.
Awasi tanda – tanda shock atau gagal jantung karena hipovolemia dan anoksia.
REFERENSI
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.8 Vol.3. EGC : Jakarta.
Hudak, Carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis-Pendekatan holistic, Ed. 6. Vol. 2. EGC : Jakarta.
Pusponegoro, A.D. Dkk . Buku Panduan Penanggulangan Penderita gawat Darurat. Ambulance 118 : Jakarta.
Skeet, Muriel. 1995. Tindakan paramedic Terrhadap Kegawatan dan Pertolongan Pertama, Ed. 2. EGC : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar