Senin, 16 Agustus 2010

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN HIPERTENSI SAAT KEHAMILAN

A. DEFINISI
Hipertensi:
 Kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg/lebih atau kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg diatas tekanan dasar.
 Peningkatan MAP > 20 mmHg/ jika tekanan darah sebelumnya tidak diketahui, MAP sebesar 105 mmHg.
 Peningkatan darah terjadi minimal dengan 2 kali pemeriksaan, jarak 4 – 6 jam, dengan teknik dan alat yang standar.
 Hipertensi sementara perkembangan hipertensi selama masa hamil/24 jam I nifas tanpa ada tanda preeklampsia.
 Hipertensi kronis hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan/sebelum gestasi 20 minggu. Atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan

Preeklampsia
 Kondisi spesifik kehamilan, hipertensi terjadi setelah minggu ke 20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal.
 Merupakan penyakit vasospastik yang ditandai dengan hemokonsentrasi, hipertensi, dan proteinuria.

Eklampsia
 Yaitu terjadinya konvulsi atau koma pada klien disertai tanda dan gejala preeclampsia
 Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis.

Sindrom HELLP
Suatu keadaan multisistem, merupakan suatu bentuk preeklampsia – eklampsia berat dimana ibu tersebut mengalami berbagai keluhan dan menunjukkan adanya bukti laboratorium umum untuk sindrom hemolisis (H), peningkatan enzim hati (EL), dan trombosit rendah (LP).

B. PATOFISIOLOGI
 Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi; peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan curah jantung, penurunan tekanan osmotik koloid.

 Pada preeklampsia:
Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
 Proteinuria 5 gr/lebih dalam 24 jam; 3 atau 4+ pada pemeriksaan kualitatif.
 Oligouria, air kencing 400 ml/kurang dalam 24 jam
 Keluhan serebral, gangguan penglihatan, atau nyeri di daerah epigastrum

 Edema paru-paru atau sianosis
Diagnosis Preeklampsia Berat
o TD sistolik > 160 mmHg diastolik >110 mmHg pada 2 kali pemeriksaan.
o Proteinuria > 5 gr dalam urin 24 jam
o Oligouria < 400 ml dalam 24 jam
o Gangguan otak dan penglihatan
o Nyeri ulu hati
o Edema paru/sianosis
o Sindrom HELLP

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian:
 Pengkajian faktor risiko
 Pemeriksaan tekanan darah
 Observasi edema: distribusi, derajat & pitting edema
Edema dependen (edema bagian bawah/bagian tubuh yang dependen).
Edema pitting (lekukan kecil akibat tekanan pada bagian yang edema, menetap 10 – 30 menit).
 Refleks Tendon Profunda (RTP)
 Refleks bisep da patela serta klonus pada pergelangan kaki. Hilangnya RTPkeracunan magnesium
 Menentukan status janin: DJJ, NST, CST, USG
 Pemeriksaan laboratorium: HMT, HB, Trombosis, enzim hati, glukosa

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan/organ b.d hipertensi, vasospasme siklik, edema serebral, perdarahan.
2. Gangguan pertukaran gas b.d efek pengobatan, edema paru.
3. Curah jantung menurun b.d terapi antihipertensi yang berlebihan, prosses penyakit.
4. Koping individu/ keluarga tidak efektif
5. Cemas
6. Risiko injuri b.d iritabilitas SSP, terapi

Intervensi
 Intervensi efektif adalah pencegahan; perawatan prenatal dini, identifikasi ibu berisiko selama kehamilan, pengenalan serta pelaporan tanda-tanda bahaya fisik.
 Intervensi pencegahan lain adalah: konseling, konseling nutrisi, dan informasi tentang adaptasi normal pada kehamilan.
 Berikan informasi pada ibu tentang kondisi dan tanggung jawabnya dalam penatalaksanaan preeklampsia.
 Bed rest miring kiri  memperbaiki sirkulasi uteroplasenta
 Latihan fisik ringan  memperbaiki sirkulasi, tonus otot
 Hindari makanan tinggi garam
 Kolaboratif: antihipertensi menurunkan risiko gagal ventrikel kiri & perdarahan otak perfusi uteroplasenta terjaga

Intervensi di rumah
 Laporkan bila ada peningkatan TD, berat badan > 0,5 kg/minggu, edema.
 Periksa jumlah keluaran urin bila <400 ml/24 jam, laporkan jika proteinuria ≥ +2 atau pengeluaran urin berkurang
 Monitor aktivitas janin setiap hari (3 gerakan atau kurang setiap jam) mengindikasikan gawat janin.
 Lakukan pemeriksaan antenatal secara teratur
 Managemen MgSO4
o Berfungsi untuk mencegah dan mengendalikan kejang
o Dosis awal 4 – 6 g selama 15 – 30 menit diikuti dosis rumatan 2 – 4 g/jam
o Observasi tanda keracunan Mg SO4: pernafasan < 12/menit, hiporefleksia/tidak ada refleks, jumlah urin < 30 ml/jam, kadar serum toksik>9,6 mg/dl, tanda distress (DJJ tiba-tiba menurun), penurunan TD dan denyut nadi
o Intervensi:
1. Hentikan MgSO4 , ganti dengan larutan rumatan
2. Kolaborasi dengan dokter
3. Berikan kalsium glukonal/CaCl sesuai program (misal 1 gr melalui IV diberikan selama 3 menit)
4. Lakukan pemeriksaan TD, pernafasan, urin
5. Pantau kadar MgSO4 (kadar terapeutik: 4,8 – 9,6 mg/dl).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar