Selasa, 03 Agustus 2010

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

Definisi
• Efusi pleura adalah suatu keadaan
dimana terdapat cairan berlebihan di
rongga pleura, dimana kondisi ini jika
dibiarkan akan membahayakan jiwa
penderitanya (John Gibson, MD, 1995,
Waspadji Sarwono (1999, 786)
• Efusi pleura adalah suatu keadaan
dimana terdapat penumpukan cairan
dari dalam kavum pleura diantara
pleura parietalis dan pleura viseralis
dapat berupa cairan transudat atau
cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis
danTerapi / UPF ilmu penyakit paru,
1994, 111).
Etiologi
• Penyebab efusi pleura bisa
bermacam-macam seperti gagal
jantung, adanya neoplasma
(carcinoma bronchogenic dan akibat
metastasis tumor yang berasal dari
organ lain), tuberculosis paru, infark
paru, trauma, pneumoni, syndroma
nefrotik, hipoalbumin dan lain
sebagainya. (Allsagaaf H, Amin M
Saleh, 1998, 68)
Patofisiologi
• Dalam keadaan normal hanya
terdapat 10-20 ml cairan di dalam
rongga pleura.
• Jumlah cairan di rongga pleura tetap,
karena adanya tekanan hidrostatis
pleura parietalis sebesar 9 cm H2O.
• Akumulasi cairan pleura dapat terjadi
apabila tekanan osmotik koloid
menurun misalnya pada penderita
hipoalbuminemia dan bertambahnya
permeabilitas kapiler akibat ada
proses keradangan atau neoplasma,
bertambahnya tekanan hidrostatis
akibat kegagalan jantung dan tekanan
negatif intra pleura apabila terjadi
atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A,
1995, 145).
• Effusi pleura berarti terjadi
pengumpulan sejumlah besar cairan
bebas dalam kavum pleura.
Kemungkinan penyebab efusi antara
lain
1.penghambatan drainase limfatik dari
rongga pleura
2.gagal jantung yang menyebabkan
tekanan kapiler paru dan tekanan
perifer menjadi sangat tinggi sehingga
menimbulkan transudasi cairan yang
berlebihan ke dalam rongga pleura
3.sangat menurunnya tekanan osmotik
kolora plasma, jadi juga
memungkinkan transudasi cairan
yang berlebihan
4.infeksi atau setiap penyebab
peradangan apapun pada
permukaan pleura dari rongga
pleura, yang memecahkan
membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein
plasma dan cairan ke dalam
rongga secara cepat (Guyton dan
Hall , Egc, 1997, 623-624).
Tanda & Gejala
-Manifestasi klinik efusi pleura akan
tergantung dari jumlah cairan yang ada
serta tingkat kompresi paru.
-Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya <
250 ml), mungkin belum menimbulkan
manifestasi klinik dan hanya dapat
dideteksi dengan X-ray foto thorakks.
Dengan membesarnya efusi akan
terjadi restriksi ekspansi paru dan
pasien mungkin mengalami :
1.Dispneu bervariasi
2.Nyeri pleuritik biasanya mendahului
efusi sekunder akibat penyakit pleura
3.Trakea bergeser menjauhi sisi yang
mengalami efusi
4.Ruang interkostal menonjol (efusi
yang berat)
5.Pergerakan dada berkurang dan
terhambat pada bagian yang terkena
6.Perkusi meredup di atas efusi pleura
7.Egofoni di atas paru-paru yang
tertekan dekat efusi
8.Suara nafas berkurang di atas efusi
pleura
9.Fremitus vokal dan raba berkurang
Penatalaksanaan
• Drainase cairan jika efusi
menimbulkan gejala subyektif seperti
nyeri, dyspnea
• Antibiotik jika terjadi empiema
• Pleurodesis
• Operatif
Pengkajian keperawatan
Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu
mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau
kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan
pekerjaan pasien.
Keluhan Utama
• Keluhan utama merupakan faktor
utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke
rumah sakit.
• Biasanya pada pasien dengan effusi
pleura didapatkan keluhan berupa :
sesak nafas, rasa berat pada dada,
nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama
pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien dengan effusi pleura biasanya
akan diawali dengan adanya tandatanda
seperti batuk, sesak nafas, nyeri
pleuritik, rasa berat pada dada, berat
badan menurun dan sebagainya.
• Perlu juga ditanyakan mulai kapan
keluhan itu muncul. Apa tindakan yang
telah dilakukan untuk menurunkan
atau menghilangkan keluhankeluhannya
tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Perlu ditanyakan apakah pasien
pernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung,
trauma, asites dan sebagainya. Hal ini
diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor
predisposisi.
Riwayat Penyakit Keluarga
>Perlu ditanyakan apakah ada anggota
keluarga yang menderita penyakitpenyakit
yang disinyalir sebagai
penyebab effusi pleura seperti Ca paru,
asma, TB paru dan lain sebagainya
Riwayat Psikososial
>Meliputi perasaan pasien terhadap
penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku
pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
Pengkajian Pola Fungsi
Pola persepsi dan tata laksana hidup
sehat
• Adanya tindakan medis dan
perawatan di rumah sakit
mempengaruhi perubahan persepsi
tentang kesehatan, tapi kadang juga
memunculkan persepsi yang salah
terhadap pemeliharaan kesehatan.
• Kemungkinan adanya riwayat
kebiasaan merokok, minum alkohol
dan penggunaan obat-obatan bisa
menjadi faktor predisposisi timbulnya
penyakit.
Pola nutrisi dan metabolisme
• Dalam pengkajian pola nutrisi dan
metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat
badan untuk mengetahui status nutrisi
pasien,
• Perlu ditanyakan kebiasaan makan
dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan effusi pleura akan
mengalami penurunan nafsu makan
akibat dari sesak nafas dan
penekanan pada struktur abdomen.
• Peningkatan metabolisme akan terjadi
akibat proses penyakit. pasien dengan
effusi pleura keadaan umumnya
lemah.
Pola eliminasi
• Dalam pengkajian pola eliminasi perlu
ditanyakan mengenai kebiasaan
defekasi sebelum dan sesudah MRS.
• Karena keadaan umum pasien yang
lemah, pasien akan lebih banyak bed
rest sehingga akan menimbulkan
konstipasi, selain akibat pencernaan
pada struktur abdomen menyebabkan
penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
Pola aktivitas dan latihan
• Akibat sesak nafas, kebutuhan O2
jaringan akan kurang terpenuhi
• Pasien akan cepat mengalami
kelelahan pada aktivitas minimal.
• Disamping itu pasien juga akan
mengurangi aktivitasnya akibat
adanya nyeri dada.
• Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya
sebagian kebutuhan pasien dibantu
oleh perawat dan keluarganya.
Pola tidur dan istirahat
• Adanya nyeri dada, sesak nafas dan
peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur dan istitahat,
• Selain itu akibat perubahan kondisi
lingkungan dari lingkungan rumah
yang tenang ke lingkungan rumah
sakit, dimana banyak orang yang
mondar-mandir, berisik dan lain
sebagainya.
Pola hubungan dan peran
• Akibat dari sakitnya, secara langsung
pasien akan mengalami perubahan
peran, misalkan pasien seorang ibu
rumah tangga, pasien tidak dapat
menjalankan fungsinya sebagai
seorang ibu yang harus mengasuh
anaknya, mengurus suaminya.
• Disamping itu, peran pasien di
masyarakatpun juga mengalami
perubahan dan semua itu
mempengaruhi hubungan
interpersonal pasien.
Pola persepsi dan konsep diri
• Persepsi pasien terhadap dirinya akan
berubah.
• Pasien yang tadinya sehat, tiba-tiba
mengalami sakit, sesak nafas, nyeri
dada. Pasien mungkin akan
beranggapan bahwa penyakitnya
adalah penyakit berbahaya dan
mematikan.
• Dalam hal ini pasien mungkin akan
kehilangan gambaran positif terhadap
dirinya
Pola sensori dan kognitif
• Fungsi panca indera pasien tidak
mengalami perubahan, demikian juga
dengan proses berpikirnya.
Pola reproduksi seksual
• Kebutuhan seksual pasien dalam hal
ini hubungan seks intercourse akan
terganggu untuk sementara waktu
karena pasien berada di rumah sakit
dan kondisi fisiknya masih lemah.
Pola penanggulangan stress
• Bagi pasien yang belum mengetahui
proses penyakitnya akan mengalami
stress dan mungkin pasien akan
banyak bertanya pada perawat dan
dokter yang merawatnya atau orang
yang mungkin dianggap lebih tahu
mengenai penyakitnya.
Pola tata nilai dan kepercayaan
• Sebagai seorang beragama pasien
akan lebih mendekatkan dirinya
kepada Tuhan dan menganggap
bahwa penyakitnya ini adalah suatu
cobaan dari Tuhan.
• Pemeriksaan Fisik
• Status Kesehatan Umum
• Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji,
bagaimana penampilan pasien secara
umum, ekspresi wajah pasien selama
dilakukan anamnesa, sikap dan
perilaku pasien terhadap petugas,
bagaimana mood pasien untuk
mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien.
• Perlu juga dilakukan pengukuran
tinggi badan berat badan pasien.
Sistem Respirasi
Inspeksi
• Pada pasien effusi pleura bentuk
hemithorax yang sakit mencembung,
iga mendatar, ruang antar iga melebar,
pergerakan pernafasan menurun.
Pendorongan mediastinum ke arah
hemithorax kontra lateral yang
diketahui dari posisi trakhea dan ictus
kordis. RR cenderung meningkat dan
Px biasanya dyspneu.
• Fremitus tokal menurun terutama
untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Disamping itu
pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang
tertinggal pada dada yang sakit.
• Suara perkusi redup sampai pekak
tegantung jumlah cairannya. Bila
cairannya tidak mengisi penuh rongga
pleura, maka akan terdapat batas atas
cairan berupa garis lengkung dengan
ujung lateral atas ke medical penderita
dalam posisi duduk. Garis ini disebut
garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini
paling jelas di bagian depan dada,
kurang jelas di punggung.
• Auskultasi Suara nafas menurun
sampai menghilang. Pada posisi
duduk cairan makin ke atas makin
tipis, dan dibaliknya ada kompresi
atelektasis dari parenkian paru,
mungkin saja akan ditemukan tandatanda
auskultasi dari atelektasis
kompresi di sekitar batas atas cairan.
• Ditambah lagi dengan tanda i – e
artinya bila penderita diminta
mengucapkan kata-kata i maka akan
terdengar suara e sengau, yang
disebut egofoni (Alsagaf H, Ida Bagus,
Widjaya Adjis, Mukty Abdol, 1994,79)
Sistem Cardiovasculer
• Pada inspeksi perlu diperhatikan letak
ictus cordis, normal berada pada ICS
– 5 pada linea medio claviculaus kiri
selebar 1 cm. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pembesaran jantung.
• Palpasi untuk menghitung frekuensi
jantung (health rate) dan harus
diperhatikan kedalaman dan teratur
tidaknya denyut jantung, perlu juga
memeriksa adanya thrill yaitu getaran
ictus cordis.
• Perkusi untuk menentukan batas
jantung dimana daerah jantung
terdengar pekak. Hal ini bertujuan
untuk menentukan adakah
pembesaran jantung atau ventrikel kiri.
• Auskultasi untuk menentukan suara
jantung I dan II tunggal atau gallop
dan adakah bunyi jantung III yang
merupakan gejala payah jantung serta
adakah murmur yang menunjukkan
adanya peningkatan arus turbulensi
darah.
Sistem Pencernaan
• Pada inspeksi perlu diperhatikan,
apakah abdomen membuncit atau
datar, tepi perut menonjol atau tidak,
umbilicus menonjol atau tidak, selain
itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya
benjolan-benjolan atau massa.
• Auskultasi untuk mendengarkan suara
peristaltik usus dimana nilai normalnya
5-35 kali permenit.
• Pada palpasi perlu juga diperhatikan,
adakah nyeri tekan abdomen, adakah
massa (tumor, feces), turgor kulit perut
untuk mengetahui derajat hidrasi
pasien, apakah hepar teraba, juga
apakah lien teraba.
• Perkusi abdomen normal tympani,
adanya massa padat atau cairan akan
menimbulkan suara pekak (hepar,
asites, vesika urinarta, tumor).
Sistem Neurologis
• Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu
dikaji Disamping juga diperlukan
pemeriksaan GCS. Adakah
composmentis atau somnolen atau
comma.
• Pemeriksaan refleks patologis dan
refleks fisiologisnya.
• Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga
perlu dikaji seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan
dan pengecapan.
Sistem Muskuloskeletal
• Pada inspeksi perlu diperhatikan
adakah edema peritibial
• Palpasi pada kedua ekstremetas
untuk mengetahui tingkat perfusi
perifer serta dengan pemerikasaan
capillary refil time.
• Dengan inspeksi dan palpasi
dilakukan pemeriksaan kekuatan otot
kemudian dibandingkan antara kiri dan
kanan.
Sistem Integumen
• Inspeksi mengenai keadaan umum
kulit higiene, warna ada tidaknya lesi
pada kulit, pada Px dengan effusi
biasanya akan tampak cyanosis akibat
adanya kegagalan sistem transport
O2.
• Pada palpasi perlu diperiksa
mengenai kehangatan kulit (dingin,
hangat, demam). Kemudian texture
kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor
kulit untuk mengetahui derajat hidrasi
seseorang.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
• Darah lengkap dan kimia darah
• Bakteriologis
• Analisis cairan pleura
• Pemeriksaan radiologis
• Biopsi
Diagnosa Keperawatan
• Ketidakefektifan pola pernafasan
berhubungan dengan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap
penumpukkan cairan dalam rongga
pleura (Susan Martin Tucleer, dkk,
1998).
• Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolisme
tubuh, penurunan nafsu makan akibat
sesak nafas sekunder terhadap
penekanan struktur abdomen
(Barbara Engram, 1993).
• Cemas berhubungan dengan adanya
ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas).
• Gangguan pola tidur berhubungan
dengan batuk yang menetap dan
sesak nafas serta perubahan
suasana lingkungan
• Defisit perawatan diri berhubungan
dengan keletihan (keadaan fisik yang
lemah)
• Kurang pengetahuan mengenai
kondisi, aturan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan
informasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar