Selasa, 17 November 2009

Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan tentang sebab-sebab dan patogenesanya sangat kurang. Kraepelin(1856-1926) ialah seorang kedokteran jiwa di Munich dan ia mengumpulkan gejala-gejala dan sindroma itu, digolangkannya ke dalam satu kesatuan yang dinamakan : demensia prekox. menurut Kraepelin pada penyakit ini terjadi kemunduran intelegensi sebelum waktunya, sebab itu dinamakan demensia (kemunduran inteligensi) prekox (muda, sebelum waktunya).(1,2)
Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosomatik, gejela-gejala pada hanya sekunder karena gangguan dasar yang psikogenik, atau merupakan manifestasi somatik dari ganguan psikogenik. Kelompok ini adalah teori psikogenik, skizofrenia dianggap sebagai suatu gangguan fungsional dan penyebab utama ialah konflik, stres psikologik dan hubungan antar-manusia yang mengecewakan.(2)
Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).(3)
Skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat.(3)


Ada 2 Kelompok gejala skizofrenia menurut Bleuler yaitu Primer dan sekunder.
Gejala-gejala Primer :
1) Ganguan Proses pikiran ( bentuk, langkah dan isi pikiran). pada skizofrenia inti ganguan memang terdapat pada proses pikiran.
2) Ganguan afek dan emosi : Ganguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :
- Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah.
- Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis.
3) Ganguan kemauan : Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. mereka tidak mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan.
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negatif atau berlawanan terhadap suatu permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki 2 hal yang berlawanan pada waktu yang sama.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau oleh tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.
4) Gejala psikomotor : Disebut juga dengan gejala-gejala katatonik. Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan ganguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau agak kaku.
Gejala-gejala Sekunder :
1. Waham : Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizar. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya merupakan fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapppun.
2. Halusinasi : Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal in merupakan suatu gejala yang hampir tidak dijumpai pada keadaan lain.(2,4)

Seorang Penderita dapat digolongkan menjadi :
• Skizofrenia simplex : sering timbul pertama kali pada masa puberitas. Gejala utamanya adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Ganguan proses berfikir biasanya ditemukan, waham dan halusinasinya jarang sekali ada.
• Skizofrenia hebrefenik : Permulaannya perlahan-lahan atau sebakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. gejala yang menyolok ialah: ganguan proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersonalisasi.
• Skizofrenia katatonik : Timbulnya pertama kali antara umur 15-30 tahun, biasanya akut serta diahului oleh stres emosional. Mungkin terjadi gaduh-gelisah katatonik atau stupor katatonik.
Stupor Katatonik : Penderita tidak menunjukkan perhatian sama sekali pada lingkungannya. Gejala-gejalanya :
- Mutisme, kadang-kadang dengan mata tertutup
- Muka tanpa mimik
- Negativisme : bila diganti posisinya penderita menentang.
- Terdapat grimas dan katalepsi.
b. Gaduh gelisah katatonik : Terdapat hiperaktivitas motorik, tetapi tidak disertai dengan emosi dan rangsangan dari luar.
• Skizofrenia paranoid : Skizofrenia paranoid agak berlainan dari jenis-jenis yang lain dalam jalannya penyakit. Jenis ini sering mulai sesudah umur 30 tahun. Penderita mudah tersinggung, mudah menyendiri, agak congkak dan kurang percaya pada orang lain.
• Episoda skizofrenia akut ; Timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan mimpi Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan punya suatu arti yang khusus baginya (disebut keadaan oneiroid).
• Skizofrenia residual : Dengan gejala-gajale Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia.
• Jenis skizo-afektif : Disamping gejala-gejalanya yang menonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi atau gejala-gejala mania. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek tetapi mungkin juga timbul lagi sering.(2)
Skizofrenia paranoid (F20.0)
Pedoman Diagnostik
 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
 Sebagai tambahan ;
• Halusinasi dan/ waham arus menonjol;
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;
• Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.(5,6)
Skizofrenia tipe paranoid ditandai dengan keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang sering, dan tidak ada perilaku spesifik lain yang mengarah pada tipe terorganisasi atau katatonik. Tipe paranoid ini ditandai terutama oleh adanya waham persekutorik (waham kejar), atau waham kebesaran.juga kekuatan ego pasien paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. (7)
Gangguan persepsi, pada pasien psikiatrik sebab dari 5 indera dapat dipengaruhi oleh pengalaman halusinasi. Tetapi, halusinasi yang paling sering adalah halusinasi dengar. Suara-suara seringkali mengancam, kotor, menuduh. Dua atau lebih suara dapat saling berbicara satu sama lainnya, atau sebuah suara mungkin berkomentar tentang perilaku atau kehidupan pasien. Halusinasi lihat adalah sering ditemukan, tetapi halusinasi raba, cium, dan kecap adalah jarang. Keberadaan halusinasi tersebut harus segera mengarahkan dokter untuk mempertimbangkan kemungkinan gangguan medis atau neurologis yang mendasari yang menyebabkan keseluruhan sindroma. Halusinasi kenestetik, adalah sensasi perubahan keadaan organ tubuh yang tidak mempunyai dasar. Contoh dari halusinasi kenestetik adalah perasaan terbakar di otak, sensasi mendorong dipembulu darah, dan sensasi memotong di sum-sum tulang.(7)
Ilusi, berbeda dengan halusinasi, ilusi adalah suatu penyimpangan (distorsi) dari citra atau sensasi yang sesungguhnya, sedangkan halusinasi adalah tidak didasari pada citra atau sensasi yang nyata. Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenia selama fase aktif gangguan, tetapi juga dapat terjadi selama fase prodromal dari gangguan dan selama periode remisi. Bilamana ilusi atau halusinasi terjadi, klinis harus masih mempertimbangkan kemungkinan penyebab gejala yang berhubungan dengan obat, bahkan pada seseorang pasien yang telah mendapat diagnosis skizofrenia.(7)
Gangguan isi pikir adalah gejala paling sulit untuk dimengerti bagi banyak klinis dan mahasiswa. Gangguan berpikir pada kenyataannya dapat merupakan gejala inti dari skizofrenia. Satu cara untuk memperjelas gangguan berpikir adalah membaginya menjadi isi pikiran, bentuk pikiran dan proses berpikir.(7)
Gangguan isi pikiran mencerminkan gagasan, keyakinan, dan interpretasi pasien tentang stimuli. Waham adalah contoh yang paling jelas dari gangguan isi pikiran. Waham dapat bervariasi pada pasien skizofrenia, waham kejar, kebesaran, keagamaan, atau somatic. Pasien mungkin percaya bahwa lingkungan luar mengendalikan pikiran atau perilaku mereka, atau sebaliknya. Bahwa mereka mengendalikan kejadian-kejadian di luar dalam cara yang luar biasa (sebagai contohnya, menyebabkan matahari terbit dan tenggelam dan mencegah gempa bumi). Pasien mungkin memiliki keasyikan (preokupasi) yang kuat dan menghabiskan waktu dengan gagasan yang hanya dapat diketahui dan dipahami oleh orang tertentu saja(esoterik), abstrak, simbolik, psikologis, atau filosofi. Pasien mungkin juga memperhatikan tentang kondisi somatik yang diduga mengancam kehidupan tetapi sangat kacau dan tidak masuk akal, sebagai contohnya adanya benda asing di dalam testis pasien dan mempengaruhi kemampuannya untuk memiliki anak.(7)
Kalimat kehilangan ego menggambarkan hilangnya perasaan yang jernih dimana tubuh dan pikiran pasien sendiri, dan mempengarui akhir dan dimana objek hidup dan ojek mati lainnya dimulai. Sebagai contohnya pasien mungkin berpikir bahwa orang lain, televisi, atau suat kabar menyangkut dirinya (ideas of reference). Gejala lain hilangnya ikatan ego adalah perasaan bahwa pasien secara fisik bergabung dengan objek luar (sebagai contohnya, sebatang pohon atau orang lain) atau bahwa pasien telah terdisintegrasi dan bergabung dengan jagad raya. Dengan keadaan pikiran tersebut, pasien skizofrenia memiliki keraguan seperti jenis kelamin apa mereka itu atau apa orientasi seksual mereka. Gejala tersebut tidak boleh dikacaukan dengan transvestisme, transseksualitas, atau homoseksualitas.(7)
Bentuk pikiran, gangguan bentuk pikiran secara objektif terlihat dalam ucapan dan bahasa tulisan pasien. Gangguan berupa kelonggaran asosiasi, hal yang keluar dari jalurnya, inkoherensi, tangensialitas, sirkumstansialitas, neologisme, ekolalia, verbigerasi, gado-gado kata, dan mutisme. Walaupun kelonggaran asosiasi pernah digambarkan sebagai patognomonik untuk skizofrenia. Gejala sering sekali didapatkan pada mania. Membedakan antara kekenduran asosiasi dan tangensialitas mungkin sulit bahkan bagi dokter yang berpengalaman.(7)
Proses pikiran, gangguan dalam proses pikiran mempermasalahkan cara gagasan dan bahasa dibentuk. Pemeriksa menemukan gangguan dari apa dan bagaimana pasien berbicara, menulis, atau menggambar. Pasien juga menilai proses berpikir pasien dengan mengamati perilaku pasien, khususnya dalam melakukan tugas yang tertentu dalam terapi kerja (occupational therapy) sebagai contohnya. Gangguan proses berpikir dapat berupa flight of ideas, hambatan pikiran (though blocking), gangguan perhatian, kemiskinan isi pikiran, kemampuan abstraksi yang buruk, perseverasi, asosiasi idiosinkratik (sebagai contohnya, predikat identik, dan asosiasi bunyi), melibatkan diri secara berlebihan (over-inclusion), dan sirkumstansialitas.(7)

II. KESIMPULAN
Pada skizofrenia paranoid halusinasi dan/atau waham yang menonjol. Gangguan persepsi pada pasien psikiatrik sebab dari 5 indera dapat dipengaruhi oleh pengalaman halusinasi. Tetapi, halusinasi yang paling sering adalah halusinasi dengar. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau member perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit(whisting), mendengung(Humming), atau bunyi tawa (laughing).
Ilusi, berbeda dengan halusinasi, ilusi adalah suatu penyimpangan (distorsi) dari citra atau sensasi yang sesungguhnya, sedangkan halusinasi adalah tidak didasari pada citra atau sensasi yang nyata. Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenia selama fase aktif gangguan, tetapi juga dapat terjadi selama fase prodromal dari gangguan dan selama periode remisi.
gangguan isi pikiran mencerminkan gagasan, keyakinan, dan interpretasi pasien tentang stimuli. Waham adalah contoh yang paling jelas dari gangguan isi pikiran. Waham dapat bervariasi pada pasien skizofrenia, waham kejar, kebesaran, keagamaan, atau somatik.
.




DAFTAR PUSTAKA
1. Maramis, W.E. Skizofrenia. Catatan ilmu kedokteran jiwa. Airlangga university press. Surabaya .2004. P.215-28
2. Anonim. Schizophrenia. Fakultas kedokteran universitas Muslim Indonesia. Available at http//www.google.com
3. Anonim. Skizofrenia. Available at http//www.wikipedia.com
4. Anonim.Berita Kesehatan 06 may 2008.Available at http//www.google.com
5. Anonim. Laporan Kasus Skizofrenia di Wilayah Kerja Puskesmas. Available at http//www Blog at WordPress.com.
6. Maslim, R. Skizofrenia Paranoid. Buku Saku DiagnosisGangguan Jiwa. Jakarta. 2003.
7. Kaplan, H. Pemerisaan Status Mental. Sinopsis Psikiatri: Ilmu pengetahuan prilaku psikiatri klinis. Edisi ketujuh. EGC. Jakarta. 1997. P.716-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar