Selasa, 17 November 2009

Penyakit Alergi

Alergi adalah reaksi seseorang yang menyimpang terhadap kontak atau pajanan zat asing (alergen), dengan akibat timbulnya gejala-gejala klinis. Alergen tersebut untuk kebanyakan orang dengan kontak atau pajanan yang sama tidak menimbulkan reaksi dan tidak menimbulkan penyakit.
Penyakit alergi adalah golongan penyakit dengan ciri peradangan yang timbul akibat reaksi imunologis terhadap lingkungan. Walaupun faktor lingkungan merupakan faktor penting, faktor genetik dalam manifestasi alergi tidak dapat diabaikan. Adanya alergi terhadap suatu alergen tertentu menunjukkan bahwa seseorang pernah terpajan dengan alergen tersebut sebelumnya.

Epidemiologi
Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Diperkirakan 10-20 % penduduk pernah atau sedang menderita penyakit tersebut. Alergi dapat menyerang setiap organ tubuh, tetapi organ yang sering terkena adalah saluran napas, kulit dan saluran pencernaan.
Syamsuridjal dan kawan-kawan (1994) melaporkan penyakit alergi yang sering dijumpai di Bagian Penyakit Dalam RSCM Jakarta adalah asma, rinitis, urtikaria dan alergi makanan.

Gejala Klinis Alergi Makanan
Manifestasi alergi makanan pada kulit umumnya bervariasi dari urtikaria akut atau angioedema sampai ruam morbiliformis. Urtikaria kronis jarang disebabkan oleh alergi makanan.
Alergi makanan juga telah dibuktikan merupakan pencetus dermatitis atopik pada sepertiga kasus anak-anak. Dalam waktu 2 jam setelah ingesti makanan tersangka, akan terjadi eritema dan pruritus yang menyebabkan penderita menggaruk, sehinhgga terjadi eksaserbasi dermatitis atopik.
Dermatitis herpetiformis Duhring merupakan hipersensitivitas terhadap makanan yang bermanifestasi sebagai ruam pruritik, dan dihubungkan dengan adanya enteropati sensitif-gluten. Lesi kulit bervariasi dari urtikaria, papul, vesikel sampai bula. Lesi kulit maupun enteropati akan membaik dengan diet eliminasi gluten.

Penatalaksanaan Alergi
Pengobatan kelainan kul;it yang terjadi akibat makanan tidak berbeda dengan pengobatan kelainan kulit akibat penyebab lain yang bukan makanan. Bila diagnosis hipersensitivitas makanan telah ditegakkan, maka alergen penyebab harus dihindari. Diagnosis alergi makanan pada masa anak tidak bersifat menetap seumur hidup, dan dianjurkan untuk melaksanakan evaluasi ulang dengan uji kulit, pemeriksaan RAST atau oral challenge setiap 1-3 tahun. Keadaan ini tidak berlaku untuk dermatitis herpetiformis, sehingga pada penyakit ini penghindaran alergen berlaku seumur hidup.
Sistemik. Antihistamin, misalnya chlorpheniramine, promethazine, hydroxyzine. Kortikosteroid sistemik tidak dianjurkan, kecuali bila kelainannya luas, atau eksaserbasi akut, dapat diberikan dalam jangka waktu pendek (7-10 hari).
Pengobatan Topikal. Bergantung pada jenis kelainan kulit. Pada bayi kelainan eksudatif, dikompres, misalnya dengan larutan asam salisil 1/ 1000 atau permanganas kalikus 1/ 10.000. setelah kering, dilanjutkan dengan krim hidrokortison 1 % atau 2 %. Pada anak dan dewasa tidak digunakan kompres karena kelainan kulit kering, melainkan salap karena daya penetrasi lebih baik.




DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Kelainan Kulit Akibat Alergi Makanan dalam ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI Jakarta. 2002.
2. Tanjung A, Prosedur Diagnostik Penyakit Alergi dalam BUKU AJAR ILMU PENYAKIT DALAM JILID II. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001.
3. Mansjoer A, dkk. Alergi Imunologi dalam KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN JILID I. Edisis ketiga. Media Aescalapius FKUI. Jakarta. 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar