Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang beribukota di Padang. Sama halnya seperti wilayah lainnya di Indonesia, Sumatera Barat juga memiliki kekayaan budaya yang cukup beragam. Mulai dari adat istiadat, tarian tradisional, alat musik, makanan khas dan juga rumah adat.
Rumah adat dari Sumatera Barat dikenal dengan sebutan Rumah Gadang atau Rumah Godang yang merupakan rumah adat dari Suku Minangkabau. Rumah adat ini juga dikenal dengan sebutan Rumah Baanjuang atau Rumah Bagonjong karena memiliki ciri khas tersendiri.
Bentuk atap yang melengkung menyerupai tanduk kerbau yang runcing ke atas disebut dengan istilah gonjong. Sementara badan rumah terlihat landai layaknya sebuah badan kapal.
Desain atap yang berbentuk melengkung dan runcing pada kedua ujungnya berfungsi untuk menahan curah hujan sehingga tidak membebani bangunan di bawahnya. Sementara konsep rumah dengan tiang kayu sebagai penyangga dengan ketinggian hingga 2 meter dimaksudkan agar aman dari serangan binatang buas pada zaman dahulu.
Rumah adat ini juga tidak menggunakan paku dalam pembuatannya dan hanya menggunakan pasak sebagai perekat antar bagian kayu. Kondisi ini justru membuat bangunan rumah aman saat terjadi gempa bumi karena mampu mengikuti ritme gempa yang terjadi.
Meskipun di Sumatera Barat terdapat banyak Rumah Gadang, namun tidak semua wilayah di Mingangkabau bisa mendirikan rumah adat ini. Karena rumah adat ini hanya boleh didirikan pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai nagari saja.
Proses pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pencarian material bahan, tata cara membangun, model bentuk hingga ukiran pada Rumah Gadang mengandung makna dan filosofi yang mendalam sebagai pelajaran dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada zaman dahulu setiap kompleks Rumah Gadang memiliki dua sampai 6 buah rangkiang yang difungsikan sebagai tempat penyimpanan padi bagi keluarga atau kaum yang mendiami Rumah Gadang.
Pada Rumah Gadang Kaum biasanya memiliki satu surau yang digunakan sebagai tempat untuk mengaji dan menuntut ilmu agama. Setidaknya ada tiga karakteristik pendidikan yang diterapkan di surau, yaitu pendidikan agama, adat, dan silat atau bela diri.
Dari tipenya, Rumah Gadang bisa dibedakan menjadi dua. Yaitu Rumah Gadang Atok Bagonjong yang identik dengan atap menyerupai bentuk tanduk kerbau dan Rumah Gadang Atok Tungkuih Nasi yang identik dengan atap seperti bungkus nasi, biasanya banyak ditemui di wilayah pesisir.
Sedangkan dari sistem adatnya, Rumah Gadang bisa dibedakan menjadi dua jenis. Yaitu Rumah Gadang dengan lantai yang datar atau rata tanpa tiang penyangga pada sistem adat Bodi Caniago. Dan Rumah Gadang dengan kedua ujung lantai yang ditinggikan degan tiang penyangga pada sistem adat Koto Piliang.
Berikut ini adalah nama-nama rumah adat di Sumatera Barat:
Rumah Gadang
Bangunan rumah adat ini terbuat dari bahan kayu dengan atap dari ijuk atau seng dan menghadap ke arah utara. Terdapat tambahan gonjong pada bagian depan sebagai pelindung tangga sebelum pintu masuk rumah.
Seperti diketahui bahwa budaya Minangkabau menganut sistem matrilineal yang menetapkan susunan kekerabatan berdasarkan garis ibu. Hal ini juga berpengaruh dalam pembangunan Rumah Gadang. Ketentuan jumlah kamar tergantung pada jumlah perempuan yang tinggal di dalamnya, dimana setiap perempuan yang telah menikah mendapatkan satu kamar.
Sementara untuk perempuan yang berusia tua dan anak-anak mendapatkan kamar yang letaknya di dekat dapur. Dan untuk gadis remaja mendapatkan kamar bersama yang letaknya di ujung yang lain.
Adapun bagian di dalam rumah merupakan ruangan lepas kecuali kamar, yang terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai dengan tiang. Tiang yang berbanjar dari kiri ke kanan menandai ruang sedangkan tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar. Untuk jumlah ruangan biasanya ganjil, yaitu antara 3 dan 11.
Dua bangunan di halaman rumah disebut dengan rangkiang yang biasanya difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan padi. Sementara pada sayap kiri dan kanan terdapat ruang anjung sebagai tempat untuk penobatan kepala adat atau pengantin bersanding.
Pembangunan Rumah Gadang biasanya berada di atas lahan miik keluarga yang telah diwariskan secara turun temurun kepada perempuan dalam kaum tersebut.
Proses pembangunan Rumah Gadang dimulai dari pembuatan tonggak tuo atau tiang utama yang berjumlah empat buah. Pengambilan kayu di hutan dilakukan secara bergotongroyong dengan melibatkan banyak orang.
Biasanya kayu yang digunakan dari pohon juha yang lurus dan sudah tua dengan diameter sekitar 40-60 cm. Jenis pohon ini dipilih karena memiliki karakteristik kayu yang kuat dan keras sehingga mampu bertahan dalam waktu yang sangat lama.
Kayu yang sudah didapatkan tidak bisa langsung digunakan, tetapi harus direndam dulu di dalam kolam hingga bertahun-tahun. Proses perendaman ini diyakini mampu membuat batang kayu kuat dan semakin keras sehingga tidak dimakan rayap.
Setelah dirasa cukup, batang kayu baru diangkat dan digunakan sebagai tonggak tuo. Prosesi pengangkatan kayu dikenal dengan istilah “mambangkik batang tarandam” atau membangkitkan pohon yang terendam.
Rumah Gadang memiliki bentuk empat persegi panjang yang terbagi atas dua bagian, yaitu depan dan belakang. Untuk bagian depan biasanya dipenuhi dengan ornamen ukiran dengan motif bunga, daun, akar, bidang persegi empat maupun genjang. Sementara pada bagian luar belakang biasanya dilapisi dengan belahan bambu.
Bangunan Rumah Gadang menggunakan bahan kayu untuk bagian dindingnya dan bahan bambu untuk bagian belakang. Pemasangan papan kayu disusun secara vertikal dan menjadi bingkai dengan ornamen ukiran khas di dalamnya. Seluruh dinding terlihat penuh dengan penempatan motif ukiran yang disesuaikan dengan letak dan susunan papan kayu pada dindingnya.
Gonjong Ampek Baanjuang
Gonjong Ampek Baanjung merupakan rumah adat Padang yang memiliki bentuk bangunan unik dengan lebih dari 7 ruang sisi. Sementara pada bagian samping kiri dan kanan terdapat tambahan anjung.
Gonjong Anam
Gonjong Anam merupakan rumah adat Minang dengan gaya arsitektur bangunan Rumah Gadang Gajah Maharam yang sudah mengalami perbaikan dan ditambah ornamen ukiran seperti pada bangunan beranjung.
Pada rumah adat ini salangkonya menggunakan papan dan bukan dari anyaman bambu, sedangkan pada bagian jendela dibuat dalam jumlah yang lebih banyak sehingga pencahayaan dan sirkulasi udaranya lebih bagus.
Rumah Gadang Batingkek
Keunikan dari rumah adat ini adalah design bangunannya yang terdiri dari empat gonjong dan bertingkat. Jenis rumah ini banyak ditemui di sekitar wilayah Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.
Rumah Gadang Surambi Papek
Jenis rumah adat ini banyak divariasikan di wilayah Koto Marapak, Bukittinggi, Sumatera Barat dengan penempatan pintu rumah di bagian depan dan bukan di belakang. Masuk dari pintu belakang rumah memiliki makna bahwa pemilik rumah adalah seorang perempuan sedangkan menantu laki-laki hanya boleh menumpang.
Rumah Gadang Gonjong Limo
Ciri khas bangunan ini adalah penambahan gonjong pada bagian kiri dan kanan dengan pengakhiran bangunan seperti pada Rumah Gadang Gajah Maharam, yaitu tanpa tambahan anjung. Jenis rumah adat ini banyak terdapat di Kota Payakumbuh, Luhak Limo Puluah Koto, Sumatera Barat.
Selain itu ada juga Rumah Gadang Gonjong Ampek Sibak Baju, Rumah Gadang Lontiak Bagonjong Duo, Rumah Gadang Kajang Padati, Rumah Gadang Surambi Papek Batingkok, dll yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri yang menambah kekayaan budaya Minangkabau di Sumatera Barat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Skoliosis 1. Pengertian Skoliosis adalah lengkungan atau kurvatura lateral pada tulang belakang akibat r...
-
PENDAHULUAN Susunan somatomotorik ialah susunan saraf yang mengurus hal yang berhubungan dengan gerakan otot-otot skeletal. Susunan itu terd...
-
Protrusi diskus intervertebralis atau biasa disebut hernia nukleus pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan nukleus pul...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar