Abstrak
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek Antimikroba sealer saluran akar terbaru ( Epiphany) dan 5 sealer saluran akar lainnya (Diaket, Endomethasone, AH 26, Sealapex, Sultan) terhadap Enterococcus faecalis.
Bahan dan Metode : Efek antimikroba dari keenam sealer saluran akar diuji dengan menggunakan metode difusi agar. Sealer yang baru saja dicampur kemudian ditempatkan pada pelat agar yang telah disiapkan dan disuntikkan dengan E. faecalis. Semua pelat agar diinkubasi selama 72 jam pada suhu 37 C dalam kondisi aerob dan zona inhibisi diukur pada 24, 48 dan 72 jam.
Hasil : Semua sealer saluran akar menghambat pertumbuhan bakteri. Efektivitas sealer tersebut mulai dari aktivitas antimikroba yang terendah adalah : Endomethazone, Sultan, Sealapex, Diaket, Epiphany dan AH 26. Sealer Ephiphany memiliki efek yang sedikit pada pengujian mikroorganisme. Keefektivan sealer saluran akar berkurang sedikit demi sedikit dengan bertambahnya durasi inkubasi.
Kesimpulan : Epiphany sebagai sealer saluran akar tidak memberikan keuntungan efek antibakteri melebihi sealer yang diuji lainnya.
Kata Kunci : Enterococcus faecalis/efek obat; bahan penguji; bahan pengisi saluran akar/pharmakologi.
Salah satu tujuan utama dari perawatan endodontik adalah obturasi sistem saluran akar yang lengkap. Keberhasilan obturasi secara langsung terkait dengan pembuangan mikroorganisme selama proses cleaning and shaping mekanik dilakukan, ditambahkan dengan irigan antibakteri, pengisian yang adekuat pada ruang yang kosong, serta penggunaan dressing antimikroba ( dengan Kalsium hidroksida) diantara setiap kunjungan, jika diperlukan.1,2 Akan tetapi, prosedur ini tidak sepenuhnya mensterilkan saluran akar. 3 oleh karena itu, perlu ditambahkan bahan antimikroba pada sealer saluran akar untuk menambah efek antibakterinya.
Grossman 5 mengemukakan bahwa bahan pengisi saluran akar yang ideal harus bersifat bakteriostatik. Sundqvist dkk 2 menemukan sejumlah spesies bakteri anaerob seperti Enterococcus faecalis, streptococcus anginosus, Bakteroides gracilis, dan Fusobacterium nucleatum setelah perawatan saluran akar yang gagal. Walaupun Enterocccus spp biasanya ditemukan sebagai flora pertama dalam jumlah yang sedikit pada saluran akar yang tidak dirawat, 6 genus ini paling umum ditemukan pada saluran akar gigi dengan perawatan akar yang gagal 2 dan juga dapat menyebabkan infeksi saluran akar yang persisten.
Tujuan dari sealer saluran akar adalah untuk mencegah rekolonisasi bakteri serta rekontaminasi dari sistem saluran akar, untuk mencegah pertumbuhan bakteri residu pada sistem saluran akar 5 serta untuk menghilangkan celah antara bahan pengisi core dan dinding saluran akar. Metode difusi agar telah digunakan secara luas untuk menguji aktivitas antibakteri pada sealer saluran akar. 3,8,9
Tujuan dari penelitian saat ini adalah untuk menguji efek antimikroba sealer saluran akar terbaru dan lima sealer saluran akar lainnya terhadap E. faecalis, dengan mengukur diameter pada zona inhibisi pada permukaan pelat agar.
Bahan dan Metode
Enam sealer saluran akar diuji aktivitas antibakterinya terhadap E. faecalis.
Bakteri dikembangkan pada media yang solid, dan suspensi kultur air daging dipersiapkan dan disesuaikan dengan standar McFarland No. 1 (kira-kira 3x10 8 sel/mL). suspensi Aliquots mengandung E. faecalis dioleskan pada empat cawan Petri dengan diameter 140-mm yang berisi medium agar Mueller-Hinton (Merck, Darmstadt, Germany). Bahan yang berlebihan dipindahkan dengan menggunakan pipet , dan plate inokulasi dikeringkan selama 15 menit pada suhu 37 C. setiap plate dibagi menjadi 6 bagian. Setiap bagian dari setiap plate, dinding dengan diameter 5 mm dibuat dengan stainless steel silinder steril.
Keenam bahan sealer dicampurkan berdasarkan instruksi pabriknya masing-masing: Diaket (3M ESPE AG,Seefeld, Germany), Sealapex (Kerr Italia S.p.A., Torino, Italy), AH 26 (Dentsplay De Trey GmBH, Konstanz, Germany), Epiphany (Pentron Clinical Technologies, LLC, Wallingford, Conn.), Endomethasone (Specialites Septodont, Saint-Maur_des-Fosses Cedex, France) dan Sultan (Sultan Chemists Inc., Englewood, N.J.). Sampel dari tiap bahan yang baru dicampurkan kemudian ditempatkan pada dinding setiap bagian dari 4 plate. Setiap pengujian direplikasi sebanyak 4 kali.
Semua plate diinkubasi selama 72 jam pada suhu 37 C dalam kondisi aerob dan zona inhibisi diukur setiap 24, 48, dan 72 jam.
Diameter zona inhibisi dianalisa dengan menggunakan analisa varians 2 arah (ANOVA). Interaksi sealer saluran akar dan durasi inkubasi tidak signifikan secara statistic (F= 0,651, p = 0,76). Efek dari setiap factor dianalisa dengan menggunakan ANOVA 1 arah., dan zona inhibisi dihubungkan dengan setiap sealer dan setiap durasi inkubasi kemudian dibandingkan dengan Turkey’s honestly significant difference (HSD) perbandingan berpasangan. Semua analisa statistik ditampilkan dengan paket software statistik SPSS, dan semua hasil yang diperoleh dievaluasi pada tingkat signifikan 5%.
Hasil
Diameter rata-rata dari zona inhibisi yang disebabkan oleh keenam sealer saluran akar ditunjukkan pada Tabel 1. Pengujian yang dilakukan berulang sebanyak 4 kali menunjukkan hasil yang konsisten
Keenam sealer saluran akar menyebabkan zona inhibisi. Akan tetapi, sealer saluran akar yang terbaru, Epiphany dan AH 26 memiliki efek yang sedikit pada pengujian mikroorganisme. Sealer Endomethasone dan Sultan memperlihatkan zona inhibisi terbesar (diameter rata-ratanya sekitar 33 mm). Sealer Diaket dan Sealapex menunjukkan aktivitas antimikroba yang sedang terhadap E.faecalis dan lebih efektif dibandingkan dengan sealer Epiphany dan AH 26.
Hasil yang diperoleh setelah 48 dan 72 jam memperlihatkan bahwa keefektivan sealer saluran akar secara jelas berkurang dengan bertambahnya waktu.
asi
Diskusi
Persistensi bakteri pada sisitem saluran akar biasanya menyebabkan kegagalan pada perawatan saluran akar. Enterococci telah menunjukkan bahwa ia dapat bertahan hidup di dalam saluran akar sebagai organisme tunggal. 10 E. faecalis dipilih sebagai organisme yang diuji pada penelitian ini karena bakteri ini sulit untuk dihilangkan dari saluran akar. 11 Aktivitas antibakteri dari sealer saluran akar terhadap mikroorganisme anaerob fakultatif ini mungkin dapat membantu dalam mengontrol infeksi, memberikan prevalensi yang tinggi terhadap anaerob fakultatif dan obligat dalam ketidakberhasilan perawatan endodontik. 2 Geurtsen dan Leyhausen 12 mengemukakan bahwa sealer saluran akar yang ideal harus memiliki dua hal yaitu aktivitas antimikroba yang baik dan efek toksik terhadap jaringan sekitar yang rendah.
Pengujian dengan difusi agar yang digunakan pada penelitian ini merupakan satu dari sekian banyak metode yang sering digunakan untuk menguji efek antimikroba sealer saluran akar.13 akan tetapi, ukuran zona inhibisi tidak menunjukkan efek antimikroba sealer yang absolute. Zona inhibisi mungkin dipengaruhi oleh kemampuan sealer berdifusi kedalam agar, interaksi antara sealer dengan komponen media dan kondisi lingkungan mikro in vivo. Sealer saluran akar yang dievaluasi pada penelitian ini menunjukkan perbedaan efek inhibitor terhadap E.faecalis dalam lingkungan in vivo.
Saat ini, telah tersedia sejumlah sealer saluran akar, yang mengandung berbagai jenis formula. Sealer saluran akar yang mengandung Zinc Oxide-eugenol (ZOE) memiliki efek antimikroba yang kuat. 14 Kaplan dkk 15 menyatakan bahwa sealer antimikroba yang paling efektif adalah yang mengandung eugenol dan formaldehida. Efek antimikroba dari sealer Endomethasone dan Sultan memiliki efek antimikroba terbesar terhadap E. faecalis. Hasil ini menguatkan pendapat Grossman, 5 yang menemukan bahwa sealer Endomethasone memiliki kemampuan antibakteri lebih besar daripada AH 26 dan Sealapex.
Beberapa sealer endodontik terdiri dari bahan polimer. Sebagai contoh, AH 26 dan Diaket merupakan sealer resin. Sealer AH 26 dilaporkan mampu melepaskan sejumlah kecil formaldehida selama proses polimerisasi, dan bahan inilah yang memberikan sifat antimikroba pada sealer resin ini. 16 Pada penelitian ini, sealer AH 26 memiliki efek antimikroba yang paling rendah terhadap E. faecalis, mungkin karena hanya sejumlah kecil formaldehida yang dilepaskan dalam waktu yang singkat. Diaket merupakan campuran poliketon yang mengandung vinyl polimer, ketika dicampurkan dengan zinc oxide dan bismuth phosfat maka akan membentuk sealer yang bersifat adhesive. Sealer ini sangat toksik dalam lingkungan in vitro. 17 Dalam penelitian ini, sealer ini memiliki efek antimikroba yang mirip dengan Sealapex dan lebih besar dibandingkan dengan AH 26 dan Epiphany.
Sealer saluran akar dengan campuran kalsium hidroksida, seperti Sealapex, memiliki efek antibakteri yang tinggi. 18 Efek antimikroba sealer ini diperoleh dari pelepasan ion hidroksil, yang meningkatkan pH hingga 12.5 Seperti sealer kalsium hidroksida, penurunan pH hingga sekitar 9,14 akan menyebabkan hilangnya keefektivan sealer. 7
Sealapex kurang efektif terhadap E.faecalis dibandingkan dengan Endomethasone dan Sultan, karena pelepasan ion hidroksil yang rendah. 19 Akan tetapi, Sealapex lebih efektif dibandingkan dengan AH 26 dan sealer saluran akar terbaru, Epiphany.
Pengembang dari sealer Epiphany ini (Pentron Clinical Technologies) menyatakan bahwa sealer saluran akar ini merupakan dual-curing, sealer resin non-mutagen, non-sitotoksik, biokompatibel, dan dapat terresorbsi serta tidak terlalu mengiritasi dibandingkan resin epoxy dan sealer ZOE. Epiphany menunjukkan aktivitas antimikroba yang kurang dibandingkan semua sealer yang digunakan pada penelitian ini, kecuali AH 26. Untuk pengetahuan penulis, hal ini merupakan penelitian pertama terhadap sifat antimikroba Epiphany sebagai sealer saluran akar. Hal ini menunjukkan bahwa efek antimikroba yang kurang dari bahan ini mungkin disebabkan karena bentuk resin hidrofilik.
Kesimpulan
Data yang dilaporkan penelitian ini menunjukkan bahwa sealer saluran akar Epiphany memiliki efek antimikroba yang lebih rendah dibandingkan empat dari 5 sealer yang diuji. Sealer Epiphany memiliki efek antimikroba yang sama atau sedikit lebih baik daripada AH 26. Sealer terbaru tidak memberikan keuntungan antibakteri melebihi sealer yang diuji lainnya.
Referensi
1. Reit C, Dahlen. Decision making analysis of endodontic treatment strategies in teeth with periodontitis. Int Endod J 1988;21(5):291-9.
2. Sunqvist G, Figdor D, Persson S, Sjorgen U. Microbiologic analysis of teeth with failed endodontic treatment and the outcome of conservative retreatment. Oral Surg Oral Med Pathol Oral Radiol Endod. 1998;85(1):86-93.
3. Abdulkader A, Duguid R, Saunders EM. The antimicrobial activity of endodontic sealers to anaerobic bacteria. Int Endod J.1996;29(4):280-3.
4. al-Khatib ZZ, Baum RH, Morse DR, Yesilsoy C, Bhambhani S, Furst ML. the antimicrobial effect of various endodontic sealers. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1990.70(6):784-90.
5. Grossman L. Antimicrobial effect of root canal cement. J Endod 1980;6(6):594-7.
6. Siqueira JF Jr, Rocas IN, Souto R, de Uzeda M, Colombo AP. Actinomyces species, streptococci, and Enterococcus faecalis in primary root canal infections. J Endod 2002;28(3):168-72.
7. Bysrom A, Sundqvist G. the antibacterial action of sodium hypoclorite and EDTA in 60 cases of endodontictherapy. Int Endod J 1985;18(1):35-40.
8. Mickel AK, Nguyen TH, Chogle S. Antimicrobial activity of endodontic sealer on Enterococcus faecalis. J Endod 2003;29(4):257-8.
9. Lai CC, Huang FM, Yang HW, Chan Y, Huang MS, Chou MY, and other. Antimicrobial activity of four root canal sealer against endodontic pathogens. Clin Oral Investg 2001;5(4):236-9.
10. Fabricius L, Dahlan G, Holm SE, Moller AJ. Influence of combinations of oral bacteria on periapical tissue of monkeys. Scand J Dent Res 1982;90(3):200-6.
11. Haapasalo M, Orstavik D. In vitro infection and disinfection of dental tubules. J Dent Res 1987;66(8):1375-9.
12. Geurtsen W, Leyhausen G. Biological aspects of root canal filling materials- histocompatibility, cytotoxicity, and mutagenecity. Clin Oral Investig 1997;1(1):5-11.
13. Chong BS, Owadally ID, Pitt Ford TR, Wilson RF. Antibacterial activityof potential retrograde root filling materials. Endod Dent Traumatol1994;10(2):66-70.
14. Pupo J, Biral RR, Benatti O, Abe A, Vadrighi L. Antimicrobial effect of endodontic filling cements on microorganism from root canal. Oral Surg Oral Med Oral Pathol 1983;55(6):622-7.
15. Kaplan AE, Picca M, Gozalez MI, Macchi RL, Moltagini SL.Antimicrobial effect of six endodontic sealers: an in vitro evaluation. Endod Dent Traumatol 1999;15(1):42-5.
16. Leonardo MR, Bezerra da Silva LA, Santana da Silva R. Release of formaldehyde by 4 endodontic sealer. Oral Surg Oral Med Oral PatholOral Radiol Endod 1999;88(2):221-5.
17. Pascon EA, Spangberg LS. In vitro cytotoxicity of root canal filling materials: 1Gutta-percga. J Endod 1990;16(9):429-33.
18. Sjogren U, Figdor D, Spangberg L, Sundqvist G. The antimicrobial effect of calcium hydroxide as a short-term intrcanal dressing.Int Endod J 1991;24(3):119-25.
19. Fuss Z, Weiss EI, Shalval M, Antibacterial activity of calcium hydroxide-containing endodotontic sealers on Enterococcus faecalis in vitro. Int Endod J 1997;30(6):397-402.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Skoliosis 1. Pengertian Skoliosis adalah lengkungan atau kurvatura lateral pada tulang belakang akibat r...
-
PENDAHULUAN Susunan somatomotorik ialah susunan saraf yang mengurus hal yang berhubungan dengan gerakan otot-otot skeletal. Susunan itu terd...
-
Protrusi diskus intervertebralis atau biasa disebut hernia nukleus pulposus (HNP) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan nukleus pul...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar